Kamis, 10 Desember 2020

Nestapa Karir Alberto Puig, Guru Balap Dani Pedrosa (Part 01)


Alberto Puig kini duduk manis di atas kursi kekuasaan sebagai team principal Repsol Honda dimana ada pembalap paling bertalenta dan dominan saat ini, Marc Marquez. Namun, sebelum menduduki jabatan basah di Repsol Honda, ia merupakan seorang pembalap yang hebat dan bernyali tinggi. 

Kehebatan Alberto Puig sebagai pembalap tercium saat ia mengikuti kejurnas CEV Kelas 250cc, ia merupakan rival terdekat Ricard Cardus, Sito Pons dan Juan Garriga. Semua bermula di era 80an saat dirinya masih remaja dan memiliki koneksi dengan Repsol. 

Repsol memberi jaminan kepada Puig agar bisa tampil maksimal di kejurnas sehingga membuatnya menjadi salah satu kompetitor tangguh. Meski tidak pernah juara, namun Puig masih bisa berbicara banyak di depan publik. Sebagai tambahan, hubungan antara Alberto Puig dengan Honda semakin mengokohkannya sebagai pembalap paling bernyali besar, 

Dia bercita-cita menjadi pembalap kelas dunia dan bisa menyusul rival-rivalnya yang sudah Go International. Saat itu Sito Pons sedang jaya-jayanya menjadi juara dunia pada tahun 1988, Alberto Puig yang sudah menjalani masa magang sebagai pembalap wildcard akhirnya dikukuhkan sebagai pembalap permanen setelah diguyur uang sponsor dari rokok Ducados. 

Saat merintis karir di MotoGP kelas 250cc, Alberto Puig bergabung dengan tim balap milik Angel Nieto yang motornya disuplai dari HRC. Meski hasilnya tidak seberapa untuk ukuran seorang rookie, Alberto Puig sukses mengumpulkan 10 poin dari 2 balapan diantara 8 balapan yang dilaluinya. 

Alasan kenapa Puig cuma tampil 8 kali balapan di musim penuhnya sebagai pembalap, karena waktu itu Puig harus berjibaku dalam perebutan gelar kejurnas kelas 250cc yang menyebabkan dirinya lebih sering menetap di Spanyol dibanding ikut membalap di MotoGP. 

Mengoleksi 10 poin membuat Puig bertengger di posisi 30 klasemen akhir, Dikemudian hari ia keluar dari tim balap milik Angel Nieto dan membentuk tim sendiri. Saat itu ia putus kontrak dengan HRC dan berpindah ke Yamaha pada tahun 1989. 

Di sirkuit yang sama dan kejuaraan yang sama, Puig bertarung sengit dengan Sito Pons yang kala itu berstatus juara dunia kelas 250cc bersama Honda. 
Celakanya, Puig yang membalap dengan motor Yamaha TZ 250 yang kurang kompetitif membuat waktunya terbuang sia-sia.

Performa motor Yamaha TZ 250 yang kurang menjanjikan berdampak pada prestasinya di atas aspal, meski begitu ia berhasil memperbaiki posisinya di klasemen. Tampil sebagai pembalap yang masih muda dan penuh semangat juang tinggi' Puig bertengger di posisi 28 klasemen akhir dengan koleksi 18 poin (Lebih Bagus Dari Musim Sebelumnya).

*****


Tidak ada komentar:

Posting Komentar