Jumat, 27 November 2020

Norifumi Abe, Pembalap 500cc Remaja era 90an yang Melegenda (Part 02)

 
 
 
Norifumi Abe berduet dengan Luca Cadalora untuk musim 1995, kali ini tantangan berat harus dijalaninya sebagai pembalap muda yang minim pengalaman balap internasional. Satu hal yang membuat Abe dikagumi banyak orang adalah semangat pantang menyerahnya yang berkobar. 

Norifumi Abe menjalani debut internasional secara full time di sirkuit Eastern Creek dengan merebut pole position sekaligus menjadi pembalap termuda yang menyabet pole position di usia 19 tahun.

Namun, saat balapan dia cuma bisa finish di posisi 9 sebagai awalanya' meski cukup impresif di sesi kualifikasi, Abe mengakui dirinya belum mampu menunjukkan kehebatannya sebagai pembalap muda yang berbakat. 

Sepanjang musim 1995, Norifumi Abe cuma sebatas pembalap nomor dua yang bisa finish di Top 10 untuk menambah poin konstruktor. Dan ia juga pernah mengalami gagal finish 3 kali dalam semusim akibat kecelakaan dan gangguan mesin.

Balapan di sirkuit Jacarepague menjadi momen spesial dan baru karena disinilah Abe menampilkan konsistensinya sebagai pembalap pendatang baru yang masih se
 
Podium 3 ia raih saat balapan di Brazil yakni di sirkuit Jacarepague dimana ia meraih podium untuk pertama kalinya dalam sejarah. Norifumi Abe berhasil menggondol penghargaan dari FIM sebagai rookie of the year. 
 
Dan disaat yang sama rekan setimnya, Luca Cadalora hengkang dari Yamaha lantaran kontraknya sudah habis sejak direkrut pada tahun 1993 silam. Abe akhirnya bekerja sendiri melakukan tes akhir musim dengan prototipe motor YZR 500 tahun 1996. 
 
Menjelang bergulirnya musim 1996, Norifumi Abe mendapat 3 rekan baru yaitu mantan pembalap motorcross asal Perancis, Jean Michel Bayle. Disusul juara dunia kelas 125cc 2 kali asal Italia, Loris Capirossi dan Kenny Roberts JR dari Amerika Serikat yang merupakan putra manager tim Yamaha pabrikan sendiri, Kenny Roberts Senior.
 
Yamaha mencoba bereksperimen dengan mengorbitkan pembalap-pembalap muda yang masih trengginas dan penuh potensi demi menumbangkan kedigdayaan Honda.
 
*****

Norifumi Abe, Pembalap 500cc Remaja era 90an yang Melegenda (Part 01)

Foto : Norifumi Abe, Team Blue Fox Honda

Sejarah mencatat bahwa Norifumi Abe adalah pembalap termuda yang pernah debut sebagai wildcard sekaligus full time rider di kelas 500cc.

Saat membalap di kelas 500cc untuk pertama kali, Norifumi Abe masih berusia 17 Tahun tepatnya di kejuaraan balap motor nasional All Japan Road Racing Championship musim 1992. Di usianya yang terhitung belia itu ia dipercaya menjadi pembalap kelas premier di kejurnas. 

Kelas 500cc yang dipertandingkan merupakan kelas untuk para pembalap yang menjabat sebagai test rider di pabrikan resmi masing-masing. Diantara pembalap yang berkompetisi di kelas 500cc All Japan Road Racing Championship ada pembalap yang sudah mencicipi kejuaraan dunia seperti Shinichi Itoh dari Honda HRC dan Norihiko Fujiwara dari Yamaha yang sempat dikontrak Team Roberts untuk seri Suzuka. 

Sebetulnya Abe bukanlah pembalap yang dijagokan sebagai juara, namun berkat keuletan tim dan kru mekanik yang handal membuatnya menyabet gelar juara kelas 500cc pada tahun 1993. Sebagai hadiah, ia mendapat tiket untuk berkompetisi di kejuaraan 500cc dunia musim depan di sirkuit Suzuka.

Menjelang persiapan balapan di Suzuka, Abe menggaet sponsor baru yaitu Mister Donut karena kontraknya dengan SEGA sudah habis akhir tahun lalu.  Balapan di Suzuka terasa spesial karena dia adalah pembalap wildcard termuda yang pernah berkompetisi di kelas tertinggi balap motor 2 tak level internasional.

Saat balapan Abe bertarung sengit dengan Mick Doohan dan Kevin Schwantz yang kala itu sedang jadi bintang balap kondang. Bedanya, Norifumi Abe memakai ban Dunlop yang nyata-nyata tidak kompetitif seperti ban Michelin. 

Namanya juga pelajaran sudah pasti ada kegagalan, Abe tersungkur dan menjadi pusat perhatian media massa karena keberaniannya menghadapi kedigdayaan pembalap kawakan seperti Mick Doohan yang berstatus calon juara dunia kala itu.

Tidak butuh waktu lama, Abe dikontak oleh Wayne Rainey dan diberi dukungan untuk tetap semangat meski gagal mengalahkan Mick Doohan. Wayne Rainey mengajak Abe gabung ke Yamaha Team Roberts' kesempatan itu tidak disia-siakan karena bisa bergabung menjadi pembalap tim pabrikan. 

Sebagai pembalap tim independen, Abe boleh saja keluar dari zona nyaman dimana Honda merupakan pabrikan terkuat saat itu. Yamaha adalah pelabuhan baru sekaligus yang terakhir baginya karena potensinya menjadi bintang balap tidak dihiraukan oleh Honda. 

Yamaha beruntung bisa merekrut Abe sekaligus mempersiapkan pengganti Daryl Beattie yang penampilannya melempem dan tidak bisa menyamai Luca Cadalora. Yamaha jelas tidak hanya mengandalkan Luca Cadalora sebagai tulang punggung tim, kehadiran Norifumi Abe di Yamaha memberi warna tersendiri bagi jagat balap motor. 

Abe tampil sebagai wildcard lagi di sirkuit Donington Park, sirkuit Brno dan sirkuit Laguna Seca. Alhasil Norifumi Abe mencetak 20 poin karena selalu finish di posisi 6 dalam dua balapan dimana sisanya tidak finish.

Desember 1994, Norifumi Abe disahkan sebagai pembalap pabrikan Yamaha menggantikan posisi Daryl Beattie yang hengkang ke Suzuki menemani Kevin Schwantz. Duet antara Norifumi Abe dan Luca Cadalora merupakan duet kombinasi pembalap muda dan pembalap tua yang berpengalaman juga solid.


*****

 

 

Kamis, 05 November 2020

Scuderia Carrizosa, Tim Balap Yang Membawa Valentino Rossi Juara Kelas 125cc (Part 02/END)


Roda motor balap ikut berputar dengan roda nasib, Valentino Rossi seusai memenangkan balapan di sirkuit Brno, Republik Ceko akhirnya mulai merasakan sesuatu yang tidak beres pada motornya. 

Beberapa kali ikut free practice dan kualifikasi, dia selalu terjatuh dan tidak jarang hampir mencelakai pembalap lain. Hal ini dikarenakan Rossi sudah tidak berpegang teguh pada kualitas motornya yang merupakan motor spek lawas. 

Aprilia belum bisa memberikan motor baru untuk Rossi karena sesuai janji, motor spek terbaru hanya akan diberikan untuknya setahun kemudian. Dengan catatan, Rossi harus menempati posisi 10 besar klasemen dan wajib memperoleh gelar rookie of the year. 

Di San Marino Grand Prix, tepatnya di sirkuit Imola yang jaraknya lumayan dekat dengan Urbino' kota kelahirannya, Valentino Rossi harus puas menempati posisi 5 mengingat motor yang dipakai Rossi mulai melambat dan kurang kompetitif. 

Puncaknya terjadi saat balapan di European Grand Prix, tepatnya di sirkuit Catalunya' saat balapan baru dimulai Rossi mengalami kecelakaan di tikungan pertama yang membuatnya harus gagal meraih poin penting. 

Berikutnya lagi yang lebih parah saat balapan di Brazilian Grand Prix, sirkuit Jacarepagua menjadi saksi keteledoran Valentino Rossi saat hendak menyalip di tikungan malah membuat pembalap lain ikut tergusur ke gravel sirkuit. 

Sudah dua kali Rossi tidak dapat poin dan posisinya di klasemen terancam, Giampiero Sacchi takut bila Valentino Rossi gagal mempertahankan konsistensinya demi merebut gelar rookie of the year untuk kategori kelas 125cc.

Untungnya di sirkuit Eastern Creek, Australia' dalam tajuk Australian Grand Prix akhirnya Rossi mampu meraup poin untuk memperkokoh posisinya di zona 10 besar. Dia finish di posisi 14 yang membuatnya cuma diberi 2 poin. 

Setelah musim 1996 usai, Valentino Rossi mengevaluasi kembali kesalahan-kesalahan saat membalap selama semusim penuh. Dia mengakui belum bisa memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara. 

Dan sesuai janji, Valentino Rossi akhirnya dipersilahkan untuk mengetes motor spek tahun 1997 sehabis balapan di Eastern Creek. Motor spek terbaru ini dipercaya membuat Rossi menjadi pembalap yang tidak terkalahkan dan tangguh. 

Di tahun yang sama, rekan satu tim Valentino Rossi' Luca Boscoscuro hengkang untuk mencari tim balap yang baru meski masih berlaga di kelas 250cc untuk musim selanjutnya. 
Rossi akhirnya mendapat sponsor baru yaitu merek minuman beralkohol "Nastro Azzurro" dari rekan satu tim barunya yang juga sesama pembalap Italia, Stefano Perugini. 

Nama tim Scuderia Carrizosa diganti menjadi Nastro Azzurro Aprilia, motor balapnya yang semula berwarna biru hijau hitam lalu berganti menjadi warna ungu merah perak. Konon, warna merah dan perak adalah warna identitas tim Aprilia. 

Bisa dibilang status Valentino Rossi naik dari pembalap tim satelit menjadi pembalap tim pabrikan. Rasa percaya diri mulai timbul lantaran inilah saatnya bagi Rossi untuk menjadi juara dunia setelah management tim Aprilia Grand Prix Racing melantiknya sebagai pembalap pabrikan murni meski dibawah management tim independen.

Musim 1997 merupakan musim balap yang sangat bergairah dan penuh kebahagiaan bagi kubu tim Nastro Azzurro Aprilia. Rossi menyabet kemenangan perdananya di GP Malaysia setelah menyalip Kazuto Sakata di tikungan terakhir. 

Namun, semua berubah saat balapan di GP Jepang, Valentino Rossi yang sudah siap memenangkan balapan di Sirkuit Suzuka malah terpelanting di tikungan terakhir. Ia gagal menang dan hanya bisa menyesali kegagalannya. 

Tidak lama berselang ia menang di GP Spanyol & GP Italia, secara keseluruhan Rossi mengantongi 3 kemenangan di awal musim. Namun, perlawanan sengit baru terjadi saat balapan di GP Austria. Noboru Ueda yang membalap untuk tim Honda Pileri berhasil mempecundangi Valentino Rossi hanya dengan disalip lewat lurus. 

Di seri-seri berikutnya, Rossi membabat habis 6 kemenangan beruntun yang membuatnya mencetak rekor sebagai pembalap termuda yang menang beruntun di kelas 125cc. Superioritas Valentino Rossi tidak lepas dari peranan tambahan dari tim pabrikan Aprilia yang konsisten memberinya settingan terbaik untuk motornya. 

Dan saat balap di GP Ceko inilah Rossi dinobatkan sebagai juara dunia kelas 125cc meski harus puas menempati podium 3. Perayaan juara dunia Valentino Rossi dilakukan dengan menggendong angka 1 raksasa sebagai tanda bahwa ia adalah juara dunia. 

Perayaan ini sangat ikonik dan paling berkesan bagi Valentino Rossi, luar biasanya lagi Rossi mendapat tiket untuk naik kelas tahun depan. Setelah perayaan gelar juara dunia itu Valentino Rossi lagi-lagi dominan dengan mencetak 2 kemenangan di sirkuit Catalunya, Spanyol dan sirkuit Sentul, Indonesia. 

Dan ketika melakoni balapan terakhir di sirkuit Philip Island, Rossi hanya bertengger di posisi 6 dan itu sudah cukup untuk menambah poin. Scuderia Carrizosa sukses membuat Rossi jadi kampiun di kelas pemula. 

Rossi akhirnya bisa naik kelas pada tahun 1998, dengan kembali membesut motor Aprilia karena ini bagian dari program pembibitan pembalap unggul yang akan menjadi bintang masa depan di MotoGP.

(Selesai)


Scuderia Carrizosa, Tim Balap Yang Membawa Valentino Rossi Juara Kelas 125cc (Part 01)


Pada tahun 1996, Valentino Rossi berlaga untuk pertama kalinya di kejuaraan dunia MotoGP untuk kategori kelas 125cc. Seusai menjuarai kelas 125cc di level balap nasional, Rossi langsung ngebut bersama tim Aprilia. Namun, sebagai pembalap rookie dia harus ditampung dulu di tim satelit' kebetulan tim itu dimanageri oleh Giampiero Sacchi, promotor handal yang jago mendatangkan sponsor. 

Mengenai Giampiero Sacchi, dia merupakan sosok manager yang reputasinya sangat ciamik dan memberikan tuah keberuntungan bagi para pembalapnya. Tidak sedikit pembalap yang menyewa jasanya sebagai manager untuk memperoleh "Dukungan Politik" berupa sponsor dan mesin motor balap spek terbaru bagi pembalap yang mengangkatnya sebagai manager. 

Banyak pembalap yang sukses menjadi juara dunia atau setidaknya menjadi runner up di kelasnya masing-masing. Mulai dari Alm. Angel Nieto yang sukses menjuarai kelas 125cc di musim terakhirnya pada tahun 1984, Loris Capirossi yang sukses menjuarai kelas 125cc dua kali berturut-turut antara tahun 1990-1991 dan tentu Max Biaggi yang sukses menjuarai kelas 250cc pada tahun 1994-1995. 

Tahun 1996, Giampiero Sacchi dipercaya mengasuh dan membimbing Valentino Rossi remaja yang kala itu baru berusia 17 tahun. Sebetulnya di tim Aprilia sendiri Giampiero Sacchi masih punya kontrak dengan Max Biaggi yang kala itu masih berjaya dan menjadi pembalap terkuat di kelas 250cc. Namun, atas permintaan management dan direktur utama tim Aprilia Grand Prix Racing' Giampiero Sacchi ditarik turun menemani Valentino Rossi yang belum pernah merasakan balapan motor diluar benua eropa. 

Di level kejuaraan eropa pada tahun 1995 lalu,Valentino Rossi yang masih dimanageri oleh Claudio Lusuardi memang tidak juara' tapi mampu mengumpulkan poin yang cukup banyak sehingga berhasil memperoleh FIM Riding License untuk bisa berlaga di MotoGP. 

Selepas dimanageri oleh Claudio Lusuardi, Valentino Rossi diserahkan kepada Giampiero Sacchi yang kebetulan waktu itu punya tim balap independen alias tim satelit lewat management Aprilia Grand Prix Racing Youth Programme. 

Itu artinya Valentino Rossi merupakan bagian dari akademi balap tim Aprilia yang diyakini bisa meneruskan marwah dominasi pembalap Italia di kancah balap motor internasional sekelas MotoGP. Rossi diberi kontrak 2 tahun dan mematok target masuk 10 besar di tahun debutnya. Baru setahun kemudian Rossi diberi mesin spek pabrikan untuk dicalonkan sebagai juara dunia sekaligus mempermudah Rossi lolos ke kategori kelas 250cc. 

Tim balap milik Giampiero Sacchi diluncurkan dengan nama Scuderia Carrizosa yang disponsori oleh AGV Helmet, Mariani Petroli, Rivacold, IP Lubricants & Alpinestars Shoes. Valentino Rossi didaulat sebagai pembalap tunggal di kelas 125cc dengan dibekali mesin keluaran tahun 1995 yang telah dimodifikasi ulang sesuai dengan regulasi yang berlaku. 

Namun, tidak hanya Rossi yang membalap bersama Scuderia Carrizosa, tapi juga ada pembalap senior Italia yang menjadi rekan satu tim Valentino Rossi. Bedanya, Rossi membalap di kelas 125cc sedangkan yang satu lagi membalap di kelas 250cc. Rekan satu tim Valentino Rossi di kelas berbeda itu adalah Luca Boscoscuro yang kini menjadi manager tim Speed Up Moto2.

Rossi memakai nomor balap 46 yang ikonik hingga kini, sedangkan Boscoscuro memakai nomor balap 20 yang kini dipakai Fabio Quartararo asal Perancis. Target Valentino Rossi di musim perdananya sebagai rookie adalah menang 1 kali saja dan bertengger di zona 10 besar klasemen. 

Cukup realistis karena Valentino Rossi adalah pembalap muda yang semangatnya masih membara, bahkan sejak saat itu Valentino Rossi memakai julukan Rossifumi. Julukan itu dibuatnya sendiri lantaran dia terinspirasi dari pembalap asal Jepang, Norifumi Abe yang kala itu baru berusia 18 tahun berani menggeber motor Honda NSR 500 melawan pembalap kawakan macam Kevin Schwantz & Mick Doohan.

Balapan pertama Valentino Rossi dimulai pada seri Malaysian Grand Prix di sirkuit balap Batu Tiga, Shah Alam pada bulan April 1996. Kebetulan seminggu sesudah Malaysian Grand Prix seri balap selanjutnya diselenggarakan di sirkuit Sentul, Bogor yang bertajuk Indonesian Grand Prix. 

Saat balapan di sirkuit Shah Alam, Rossi mampu finish di posisi 6 dan hasil itu cukup memuaskan karena untuk ukuran seorang rookie memang jangan target podium dulu. 
Selanjutnya di Indonesian Grand Prix yang bertepat di Sirkuit Sentul ia hanya finish di posisi 11 dan begitu pun ketika Rossi melakoni balapan seri ketiga di sirkuit Suzuka bertajuk Japanese Grand Prix dimana posisi 11 masih digenggamnya. 

Saat balapan di sirkuit Jerez, Spanyol dan melakoni balapan sebagai tuan rumah di sirkuit Mugello, Italia' Rossi finish di posisi 4 dan hampir merengkuh podium pertamanya. 
Kinerja Rossi selama 5 seri awal memang belum memuaskan karena baru sekedar masa adaptasi lantaran ini adalah kejuaraan dunia.

Konsistensi Valentino Rossi mulai goyah saat balapan di sirkuit Paul Ricard, Perancis dan sirkuir Assen, Belanda. Rossi mulai sering jatuh karena kalah berduel dengan pembalap lain bahkan ia melakukan kesalahan kecil saat hendak melakukan overtake. 

Di German Grand Prix yang diselenggarakan di sirkuit Nurnburgring, Valentino Rossi mampu bertengger di posisi 5. Namun, lagi-lagi Rossi harus bernasib sial saat melakoni balapan di sirkuit Donington Park. Saat balapan di British Grand Prix, motor Valentino Rossi mengalami masalah mekanis dan membuatnya kembali ke pitlane lebih awal.

Barulah di Austrian Grand Prix, Valentino Rossi menunjukkan tajinya guna merebut podium saat melakoni balapan di sirkuit A1 Ring. Hasilnya ia berhasil mempertahankan podium 3 sekaligus menjadi podium pertamanya dalam sejarah karir balapnya di MotoGP. 

Dan secara mengejutkan, Rossi tampil impresif dan melibas lawannya satu demi satu saat balapan di sirkuit Brno, Republik Ceko. Dia melibas Kazuto Sakata, Tomomi Manako, Haruchika Aoki dan Jorge Aspar Martinez untuk merebut kemenangan pertamanya. 

Maka setelah menjalani pertarungan sengit, Rossi berhasil menang untuk pertama kalinya di level kejuaraan dunia. Kemenangan perdana Valentino Rossi disambut air mata bahagia seluruh anggota tim Scuderia Carrizosa, yang paling bahagia saat itu adalah Giampiero Sacchi selaku managernya.

Sampai-sampai seusai perayaan kemenangan pertamanya di sirkuit Brno, Jorge Aspar Martinez sempat mengatakan bahwa gaya balap Rossi sangat berbahaya dan tidakseperti kebanyakan pembalap lainnya. 

Rossi bisa saja juara kelas 500cc sekarang kalau nanti ia naik kelas, ujar Jorge Aspar Martinez dalam memoarnya soal Valentino Rossi.

(Bersambung)