Rabu, 30 Desember 2020

Nestapa Karir Alberto Puig, Guru Balap Dani Pedrosa (Part 04/END)


Tahun 1995 merupakan tahun bersejarah dan menyedihkan bagi Alberto Puig, dimana pada tahun itu ia menjadi salah satu jagoan utama di kelas 500cc. Bagaimana tidak ? Puig rupanya mendapat hak istimewa dari HRC berupa satu unit mesin Honda NSR 500 V4 spek pabrikan. 

Ia dipercaya sebagai rival Alex Criville dan Mick Doohan dalam perebutan gelar juara dunia musim 1995. Saat itu HRC resmi mendatangkan sponsor baru, Repsol sebagai judul tim baru yang sampai hari ini masih bertahan akan supremasinya. 

Repsol mendapat untung besar karena HRC mengontraknya dengan nilai yang cukup tinggi, Pons Racing yang sudah terlebih dahulu mengongtrak perusahaan minyak itu sejak tahun 1993 lalu juga ketiban pulung berkat Alex Criville yang menjadi satu-satunya pembalap Spanyol dengan penampilan kompetitif.

Keberhasilan kerjasama antara Repsol dengan HRC menjadi sebuah mimpi buruk di kemudian hari dimana pembalap-pembalap asal Spanyol seolah mendapat tempat khusus jika bergabung dengan tim pabrikan HRC. 

Menurut kabar, kontrak Alberto Puig akan habis tahun 1996 dan bisa dipastikan Alberto Puig akan promosi ke tim pabrikan Honda seiring tekanan dari pihak Repsol yang ngotot mempromosikan pembalap-pembalap asal negeri matador tersebut.

Banyak orang yang memprediksi bahwa posisi Alberto Puig akan mulus diduduki ketika ada seorang pembalap yang kontraknya akan habis di tim pabrikan, siapa lagi kalau bukan Shinichi Itoh dari Jepang. 

Habis kontraknya Shinichi Itoh mendorong Repsol Honda HRC untuk segera mempersiapkan calon rekan Alex Criville dan Mick Doohan di kubu pabrikan dengan Alberto Puig sebagai kandidatnya. 

HRC memberi syarat untuk Pons Racing kalau Alberto Puig mau gantikan Shinichi Itoh di Repsol Honda, yakni memperoleh 1 kemenangan dan beberapa podium saja untuk meyakinkan apakah Puig layak jadi rekan satu tim Criville. 

Syarat itu pun terpenuhi, Alberto Puig pun menjadi prioritas Honda meski ditempati di tim satelit. Ketika GP 500 musim 1995 bergulir, Alberto Puig tampil bagus sehingga mampu berjejer di Top 10 dalam sesi free practice dan kualifikasi. 

Di GP Eastern Creek, Australia' Alberto Puig finish di posisi 7 dan di GP Shah Alam, Malaysia ia finish di posisi 5. Begitu pun ketikan di GP Suzuka, Jepang' ia lagi-lagi menduduki posisi 5 untuk kedua kalinya.

Tibalah saatnya Alberto Puig berlaga di GP Spanyol, tepatnya di sirkuit Jerez De La Frontera di hadapan para fans dari seluruh negeri. Banyak penonton seantero tanah Spanyol berduyun-duyun menyaksikan event balap motor akbar dunia. 

Alberto Puig mengaku grogi dan sempat diremehkan oleh media-media massa karena ia cuma berstatus pembalap tim satelit meski memakai mesin spek pabrikan murni. Penonton lebih menjagokan Alex Criville sebagai bintang utama lantaran menjadi lawan dekat Mick Doohan yang berstatus sebagai juara bertahan.

Balapan dimulai, Alex Criville menekan Mick Doohan berkat dukungan dari penonton yang datang langsung ke Jerez dengan membawa spanduk bernada pembakar semangat. Ditambah waktu itu Repsol berharap bisa mencetak kemenangan perdana bersama pembalap asli Spanyol. Repsol sendiri megaku belum puas kalau cuma Doohan saja yang menang balapan, pembalap asli Spanyol juga dijagokan bisa menyamai sang juara dunia. 

Na'as Bagi Mick Doohan, ia terjatuh dan gagal melanjutkan balapan sehingga pertarungan di lini depan tinggal menyisakan Alberto Puig dan Alex Criville. Disini Puig menjadi kuda hitam dimana bakat alami yang dimilikinya menjadi senjata andalan guna memberi perlawanan terhadap Criville selaku pembalap tim pabrikan resmi. 

Criville membuat keteledoran, ia berhasil disalip dan Puig menjadi pemimpin jalannya balapan hingga lap terakhir. Alberto Puig keluar sebagai pemenang balapan di sirkuit Jerez sekaligus menyumbang kemenangan kedua bagi tim Pons Racing. 

Dihadapan penonton Puig mengibarkan bendera spanyol untuk pertama kalinya di kelas utama sebagai pemenang, bukan sebagai pencetak podium. Alberto Puig mendapat banyak apresisasi dari wartawan dan fotografer yang memotret momen heroik tersebut. 

Puig menjadi pujaan baru rakyat Spanyol dan digadang-gadang mampu tembus tim pabrikan menemani Alex Criville' atas alasan nasionalisme dan bisnis itulah yang menguntungkan bagi Repsol sebagai sponsor utama tim resmi. 

Sayangnya kejayaan Alberto Puig di dunia balap tidak berlangsung lama, seusai meraih podium di GP Assen. Puig mengalami kecelakaan di sirkuit Le Mans sehingga patah tulang kakinya' kondisi ini membuat Alberto tidak bisa lagi berjalan kaki bahkan nyaris lumpuh total. 

Posisi Alberto Puig lantas diganti Carlos Checa yang semula membalap di tim junior kelas 250cc. Alhasil, motor milik Puig dipakai Checa dan ia memang di GP Catalunya setahun kemudian pada tahun 1996. 

Musim 1995 diakhiri lebih awal akibat lamanya proses penyembuhan patah tulang kaki, akhirnya Puig baru menjalani tes motor pada bulan Februari 1996. Namun, performa Alberto Puig tidak sehebat dulu lantaran kondisi kakinya agak pincang bahkan sempat mengeluhkan sakit yang kambuh diwaktu-waktu tertentu. 

Musim lalu Alberto Puig hanya mengoleksi 99 poin dan bertengger di posisi ke 8 klasemen akhir. Kepiluan yang dialami Puig berlanjut di musim sebelumnya dimana ia tidak bisa lagi bersaing di barisan depan. Bahkan motor NSR 500 spek 1995 yang setahun lebih tua dari motor milik Luca Cadalora yang dapat jatah motor spek 1994 ternyata tidak mampu memberi perlawanan berarti.
 
Sepanjang musim 1996, Alberto Puig cuma meraih satu kali naik podium di GP Perancis yang diselenggarakan di sirkuit Paul Ricard. Waktu itu ia berhasil mengalahkan Norick Abe guna merengkuh podium ketiga. Sedangkan pertarungan sengit antara Mick Doohan melawan Alex Criville masih terjadi.
 
Puig bertengger di posisi 11 klasemen dengan koleksi 93 poin, prestasinya lebih buruk karena berada di luar 10 besar. Maka keberadaannya di tim Honda Pons sudah tiada artinya lagi karena pihak tim lebih fokus mengurus Carlos Checa yang kala itu masih segar bugar dan lebih muda.
 
Memasuki musim 1997, Alberto Puig mulai merasa tidak sanggup lagi bersaing' apalagi saat itu ia baru saja merayakan ulang tahun yang ke 30. Seperti sudah dirasakan, bahwa memang sudah sepatutnya ia pensiun dari dunia balap dan mengubur mimpinya untuk menjadi pembalap tim pabrikan mendampingi Alex Criville.
 
Mick Doohan berjaya dengan mencetak 12 kemenangan secara keseluruhan dan yang paling memburamkan pandangan adalah absennya Alex Criville selama 4 seri akibat cedera patah jari di sesi kualifikasi GP Assen, Belanda. Maka pada waktu itu publik Spanyol mulai kehilangan gairah setelah jagoan-jagoannya sudah tidak berkutik. 
 
Carlos Checa saja yang jadi andalan malah kerap melakukan blunder dan kerap juga gagal meraih kemenangan akibat kalah bersaing dengan Tadayuki Okada, rekan se-tim Mick Doohan dan Nobuatsu Aoki dari Jepang, pendatang baru yang memakai motor NSR 500 spek 1996. Alberto Puig yang sudah memasuki senjakala karir cuma bisa bertengger di posisi 12 klasemen dengan mengoleksi 63 poin.

Seusai GP Australia di sirkuit Philip Island, Alberto Puig resmi pensiun di usia 30 tahun pada saat usianya masih cukup muda untuk mengarungi sisa-sisa karirnya. Apalagi waktu itu ia juga sudah lelah memikirkan mimpi-mimpinya yang belum sempat terwujud.

Setelah gantung helm, Alberto Puig ditunjuk oleh DORNA Sports untuk menjadi pemandu bakat pembalap muda yang disponsori oleh perusahaan telekomunikasi Telefonica Movistar. Alberto Puig diberi wewenang oleh DORNA Sports untuk mencari calon pembalap baru yang akan dipersiapkan sebagai bintang balap motor dunia. 

Tahun 1998, Puig memulai hidup baru sebagai pembina pembalap usia muda sehingga ditemukanlah 3 orang remaja yang kelak muncul sebagai aktor penting dibalik kehebatan MotoGP. Para anak remaja itu adalah Dani Pedrosa, Toni Elias dan Alvaro Bautista, namun Puig lebih memilih Dani Pedrosa ketimbang Toni Elias dan Alvaro Bautista.

Dani Pedrosa akhirnya dengan mulus melenggang ke MotoGP sejak kelas 125cc, dibawah bimbingan Alberto Puig' Pedrosa jadi juara dunia pada tahun 2003 untuk kategori kelas 125cc dan juara lagi 2 kali pada tahun 2004-2005 untuk kategori kelas 250cc.

Sukses membesut Dani Pedrosa, akhirnya Puig berhasil mengantarkan bocah asal Sabadell, Catalunya itu mengaspal di kelas MotoGP pada tahun 2006 silam.

*****


Kamis, 10 Desember 2020

Nestapa Karir Alberto Puig, Guru Balap Dani Pedrosa (Part 03)


Akhir musim 1993, Alberto Puig langsung teken kontrak 4 tahun untuk berlaga di kelas 500cc dengan mengendarai motor Honda NSR 500 spek tahun sebelumnya. Puig mengendarai motor bekas milik Alex Criville dengan memakai nomor balap 17. 

Tidak hanya suasana baru yang didapat, Puig juga mulai dikelilingi banyak penggemar setidaknya ia sangat dijagokan untuk memenangkan balapan di musim perdananya di kelas 500cc. Motor warna putih bermerek rokok Ducados terpampang amat gagah menghiasi koran-koran lokal di Spanyol. 

Ducados membayar cukup mahal kepada HRC agar Alberto Puig diberi layanan istimewa layaknya Alex Criville di tim pabrikan. Bukan tidak mungkin, Alberto Puig akan menjadi fenomena yang meluluh lantahkan seluruh dunia dengan aksi heroiknya sebagai pembalap jagoan masyarakat Spanyol. 

Musim 1994 merupakan pembuktian bahwa dirinya layak meraih gelar rookie terbaik, di GP Jerman ia meraih podium perdananya di kelas utama. Konsistensinya sebagai pembalap membuatnya dibanjiri dukungan dari berbagai kalangan. 

Klasemen akhir menunjukkan bahwa Puig telah mengantongi 152 poin dan bertengger di posisi 5 klasemen sehingga membawanya terpilih sebagai rookie terbaik. Alberto Puig telah meraih sukses sebagai pembalap kelas dunia yang mulai digandrungi anak muda se antero Spanyol. 

Kesuksesan Puig tidak lepas dari peranan sponsor pribadinya, Ducados dan Repsol yang kala itu sedang menjejaki kesepakatan untuk menjadi sponsor utama tim Honda HRC. Bahkan Alberto Puig di-isukan akan bergabung dengan Alex Criville di tim pabrikan menggantikan juara dunia saat itu, Mick Doohan.

Namun, Puig membantah keras dirinya akan menggantikan Mick Doohan sebagai rekan tandem Criville. Lewat pernyataan di media televisi, Alberto Puig tidak bisa menggeser posisi Mick Doohan yang waktu itu begitu superior. 

Alberto Puig juga kurang yakin akan mampu menghabisi Alex Criville yang merupakan anak emas Repsol. Repsol memang lebih condong membela Criville dibanding Puig meski sama-sama disponsori karirnya oleh perusahaan minyak milik negara itu. 

Kabar tidak bagus datang saat Ducados mundur dari keikutsertaannya sebagai sponsor di MotoGP lantaran kontraknya dengan Alberto Puig sudah habis. Rokok Ducados sudah menyeponsori Puig sejak tahun 1988 dan kini saatnya kemitraan dengan merek tembakau hisap itu berakhir di awal tahun 1995. 

Namun, tidak lama kemudian datang sponsor baru yaitu Fortuna yang merupakan merek rokok nomor satu di Spanyol sebagai sponsor utama tim Pons Racing. Sejak saat itu nama tim berubah menjadi Fortuna Honda Pons. 

*****


Nestapa Karir Alberto Puig, Guru Balap Dani Pedrosa (Part 02)


Masih bersama Yamaha antara tahun 1990-1991, Puig mencatatkan poin di klasemen dan bertengger di posisi 16 dua kali berturut-turur tanpa mempersembahkan podium dan kemenangan.
Karena merasa tidak puas dengan Yamaha, ia memutuskan untuk mengganti mesin dari Yamaha ke Aprilia untuk musim 1992. 

Bermodalkan motor Aprilia RSV 250, ia justru tampil kompetitif dan berhasil menembus 10 besar klasemen dengan bertengger di posisi 6. Jumlah nilai yang dikumpulkan sebanyak 71 poin' secara gamblang Alberto Puig menjadi salah satu pembalap papan tengah yang potensial. 

Di tahun itu pula ia berhasil menyabet podium 3 untuk pertama kalinya di GP Hungaria' ini merupakan impian Puig sejak lama. Kesuksesan Alberto Puig merebut podium membuat HRC kepincut memulangkannya dengan berstatus pembalap satelit di tim balap milik mantan rivalnya, Sito Pons. Kepulangan Alberto Puig ke HRC berbuah perjanjian khusus mengenai statusnya di kejuaraan dunia. 

Tahun 1993 ia didaulat sebagai pembalap tim Honda Pons, sponsor pribadinya rokok Ducados ikut bersamanya. Alberto Puig diberi reward jika berhasil menembus 10 besar lagi, yaitu lolos ke tingkat yang lebih tinggi' sudah pasti naik kelas ke 500cc bersama tim yang sama. 

Kesempatan Alberto Puig untuk menjajal motor Honda NSR 500 semakin terbuka lebar setelah Alex Criville dipromosikan sebagai pembalap pabrikan Honda HRC menggantikan Daryl Beattie.

Alex Criville sudah dua tahun menggeber motor Honda NSR 500 di tim satelit, karena sudah mapan dalam menguasai motornya' HRC mempromosikannya ke tim utama untuk bersaing merebut gelar juara dunia bersama Mick Doohan dan Shinichi Itoh. 

Di musim terakhirnya membalap di kelas 250cc ia mengoleksi 2 podium masing-masing di GP Eropa dan GP Ceko sehingga berhasil menduduki posisi ke 9 klasemen akhir. Sito Pons yang menjadi manager Alberto Puig mengakui kagum dengan etos kerja mantan rivalnya itu. 

Ditambah pemberitaan media massa yang gencar di zaman itu membuat Alberto Puig digadang-gadang bisa mengharumkan nama bangsa di kancah balap motor dunia. Bahkan menjadi salah satu calon juara dunia di kelas 500cc selain Alex Criville yang sudah terlebih dahulu paham dengan peta persaingan di level tertinggi kejuaraan MotoGP.

Promosinya Alberto Puig menuju kelas 500cc diikuti pula sponsor pribadinya' Ducados sehingga merek rokok tersebut menjadi sponsor utama yang menghiasi frame motor Honda NSR 500.

*****





Nestapa Karir Alberto Puig, Guru Balap Dani Pedrosa (Part 01)


Alberto Puig kini duduk manis di atas kursi kekuasaan sebagai team principal Repsol Honda dimana ada pembalap paling bertalenta dan dominan saat ini, Marc Marquez. Namun, sebelum menduduki jabatan basah di Repsol Honda, ia merupakan seorang pembalap yang hebat dan bernyali tinggi. 

Kehebatan Alberto Puig sebagai pembalap tercium saat ia mengikuti kejurnas CEV Kelas 250cc, ia merupakan rival terdekat Ricard Cardus, Sito Pons dan Juan Garriga. Semua bermula di era 80an saat dirinya masih remaja dan memiliki koneksi dengan Repsol. 

Repsol memberi jaminan kepada Puig agar bisa tampil maksimal di kejurnas sehingga membuatnya menjadi salah satu kompetitor tangguh. Meski tidak pernah juara, namun Puig masih bisa berbicara banyak di depan publik. Sebagai tambahan, hubungan antara Alberto Puig dengan Honda semakin mengokohkannya sebagai pembalap paling bernyali besar, 

Dia bercita-cita menjadi pembalap kelas dunia dan bisa menyusul rival-rivalnya yang sudah Go International. Saat itu Sito Pons sedang jaya-jayanya menjadi juara dunia pada tahun 1988, Alberto Puig yang sudah menjalani masa magang sebagai pembalap wildcard akhirnya dikukuhkan sebagai pembalap permanen setelah diguyur uang sponsor dari rokok Ducados. 

Saat merintis karir di MotoGP kelas 250cc, Alberto Puig bergabung dengan tim balap milik Angel Nieto yang motornya disuplai dari HRC. Meski hasilnya tidak seberapa untuk ukuran seorang rookie, Alberto Puig sukses mengumpulkan 10 poin dari 2 balapan diantara 8 balapan yang dilaluinya. 

Alasan kenapa Puig cuma tampil 8 kali balapan di musim penuhnya sebagai pembalap, karena waktu itu Puig harus berjibaku dalam perebutan gelar kejurnas kelas 250cc yang menyebabkan dirinya lebih sering menetap di Spanyol dibanding ikut membalap di MotoGP. 

Mengoleksi 10 poin membuat Puig bertengger di posisi 30 klasemen akhir, Dikemudian hari ia keluar dari tim balap milik Angel Nieto dan membentuk tim sendiri. Saat itu ia putus kontrak dengan HRC dan berpindah ke Yamaha pada tahun 1989. 

Di sirkuit yang sama dan kejuaraan yang sama, Puig bertarung sengit dengan Sito Pons yang kala itu berstatus juara dunia kelas 250cc bersama Honda. 
Celakanya, Puig yang membalap dengan motor Yamaha TZ 250 yang kurang kompetitif membuat waktunya terbuang sia-sia.

Performa motor Yamaha TZ 250 yang kurang menjanjikan berdampak pada prestasinya di atas aspal, meski begitu ia berhasil memperbaiki posisinya di klasemen. Tampil sebagai pembalap yang masih muda dan penuh semangat juang tinggi' Puig bertengger di posisi 28 klasemen akhir dengan koleksi 18 poin (Lebih Bagus Dari Musim Sebelumnya).

*****